Roti pita arab memiliki sejarah panjang dan banyak ragamnya. Wartawan “Global Times” telah mencicipi banyak roti pipih dari negara-negara Arab. Mereka memiliki ciri khas tersendiri dari segi rasa, bahan, dan cara produksinya. Statistik menunjukkan bahwa beberapa negara Arab akan menghadapi masalah dalam kuantitas, berat, bahan, atau pasokan kue, dan dunia Arab sedang mengalami “krisis kue besar”. Sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat di negara-negara Arab, harga kue yang tinggi dapat memicu krisis politik dan sosial.
Berbagai macam roti pita
Roti pita, sebagai makanan pokok orang Arab, memang layak mendapatkannya. Biasanya roti pita gratis di restoran Arab. Roti pipih arab yang dipanggang, dibagi menjadi dua jenis: dibuat dengan mesin lini produksi roti pita dan buatan tangan. Roti pita yang baru dipanggang dibagi menjadi lapisan atas dan bawah, bagian luarnya hangus dan bagian dalamnya empuk, mengepul, dan menggembung seperti bola kulit kecil. Negara-negara Arab yang berbeda memiliki kue yang berbeda.
Misalnya saja roti pipih Lebanon yang sangat populer di berbagai negara Arab, bentuknya pipih dan keras, sangat kenyal, serta memiliki rasa manis setelah dimakan. Banyak roti pipih Yordania yang dipanggang di atas batu, bentuknya tidak rata dan khas, serta pintu masuknya kenyal. Roti pipih Maroko tebal dan tebal, sangat besar, rasanya sangat rakus, dan memiliki rasa kenyang. Masyarakat Badui di negara-negara Teluk seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi masih sederhana, menggunakan ember besi bekas untuk memanggang roti pita. Meski penampilan dan kondisi sanitasi kurang memuaskan, namun mereka juga bisa menghilangkan rasa lapar. Selain tepung beras tradisional, ada juga sejenis roti pipih mesir yang dipanggang dengan tepung kasar atau ditambah dedak yang mengandung serat kasar. Meski impornya agak kasar, namun mengandung unsur jejak dan baik untuk kesehatan.
Saat Anda berkunjung ke rumah orang Arab, Anda akan melihat sekeranjang penuh roti pita di tengah meja, dan puluhan piring besar dan kecil diletakkan mengelilingi bintang seperti bulan. Hidangan berwarna-warni di piring sangat mempesona. Ada salad tomat merah cerah, acar mentimun hijau, selada hijau, adas cincang, saus holmes tradisional Arab, tahini putih khas, dan lumpur domba mentah yang dicincang sangat halus, dan segala macam hidangan dingin yang kurang dikenal. Untuk menyantap “daging dingin” ini, harus ada pai yang cocok, dan pai tersebut berperan sebagai “menguraikan dan membimbing”. Orang-orang Arab akan berteriak ketika mereka makan: “Lagi pula roti pita!”
Setelah makan roti pipih dan hidangan dingin, hidangan panas disajikan. Kebanyakan daging dan ikan dipanggang atau digoreng. Saat ini, roti pita memegang peranan penting dalam penyajian hidangan. Ada yang makan sayur, ada pula yang makan daging. Beberapa orang terbiasa makan beberapa suap roti pita setelah menyantap hidangan keras di akhir makan.
Di Mesir, orang-orang yang lebih khusus memakan roti pita biasanya memasukkan “tim” (semacam bola kacang vegetarian di Mesir), daging panggang, atau asinan kubis buatan sendiri ke dalam roti pipih, yang dicelupkan ke dalam asinan kubis yang direbus tipis. Pasta kacang fava atau saus holmes, lalu dengan sedikit rasa asin, asam, dan buah zaitun yang menyegarkan. Wartawan “Global Times” setiap hari menghubungi orang-orang kelas bawah yang makan roti pipih selama tiga kali sehari. Jika Anda bisa menyantap “Fuer” (kacang buncis) sebagai lauk, hidup akan sangat bahagia.
Dalam bahasa asli Mesir, arti asli roti pita adalah “hidup”. Orang Arab sering berbicara tentang roti pipih. Ada pepatah di negara-negara Arab: Betapapun besarnya sebuah kue, itu bukanlah panci yang besar. Gunakan hubungan antara pai dan panci untuk mendeskripsikan seseorang dengan pola besar dan alam luas.
Roti pipih: “barometer” kehidupan masyarakat
Di sebagian besar negara-negara Arab, pemerintah telah memberikan subsidi besar pada produk-produk yang berhubungan dengan penghidupan masyarakat. Oleh karena itu, harga kue tersebut umumnya sangat murah, dan orang-orang yang mengalami kesulitan keuangan selalu mampu membeli kue tersebut. Di negara-negara seperti Mesir, Yordania, Suriah, dan Lebanon, masyarakat hanya perlu secara simbolis mengeluarkan beberapa piring tembaga untuk menyantap roti pipih yang harum tersebut. Dapat dikatakan bahwa kue tersebut telah menjadi “penstabil” masyarakat Arab dan “barometer” sentimen populer dan opini publik. Sebuah situs think tank di sebuah negara Arab baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa kenaikan harga kue adalah salah satu alasan penting yang memicu peristiwa “Musim Semi Arab” pada tahun 2011.
4 roti pita 6 roti pita
Karena iklim kering, seringnya perang, dan pertumbuhan penduduk yang pesat, banyak negara Arab saat ini menghadapi kekurangan pangan termasuk gandum, dan harus menggunakan devisa dalam jumlah besar untuk mengimpor kebutuhan pokok seperti tepung. Misalnya, Mesir adalah negara pengimpor gandum terbesar di dunia, membeli sekitar 10 juta ton gandum setiap tahunnya, dan subsidi tahunan Mesir untuk roti lapis saja mencapai lebih dari 3 miliar dolar AS. Bahkan di negara agraris seperti Lebanon, situasinya tidak optimis. Di antara sereal, gandum adalah bagian terpenting dari pola makan orang Lebanon, dan setiap orang mengonsumsi rata-rata 130 kilogram per tahun, menempati peringkat pertama di antara semua jenis sereal. Pada tahun 2017, total konsumsi gandum di Lebanon sebesar 770.000 ton, dimana gandum lokal hanya menyumbang 16,9%, dan sisanya berasal dari impor. Pada saat yang sama, pemerintah harus menyediakan devisa dalam jumlah besar untuk mensubsidi penjualan kue, jika tidak maka akan terlalu mahal dan akan menimbulkan ketidakpuasan dan protes yang kuat dari masyarakat, dan pemerintah berada dalam posisi yang genting.
Roti pita arab pada zaman prasejarah
Menurut penelitian para sarjana Arab, sejak 10.000 tahun yang lalu, manusia prasejarah cukup membuat roti pita. Para sejarawan percaya bahwa ketika campuran gandum dan air dibiarkan di tempat hangat untuk melepaskan ragi alami dan menghasilkan adonan yang mengembang, orang-orang Mesir secara tak terduga menemukan rahasia fermentasi, dan roti pita yang difermentasi pun tercipta. Menurut legenda, seorang budak Mesir di zaman Firaun secara tidak sengaja tertidur saat membuat adonan untuk tuannya. Ketika dia bangun, dia menemukan bahwa api untuk memanggang roti pipih telah padam, dan adonan mentah telah terfermentasi dan mengembang karena dia takut ditangkap oleh tuannya. Sambil memarahi, dia buru-buru menyalakan api, tetapi adonan kue yang mengembang di atas kompor dipanggang, dan begitu saja, roti pipih yang difermentasi pun lahir.
7 roti naan mesin pembuat roti pita dan oven terowongan
Roti pita adalah makanan orang Badui di gurun pasir. Ada pepatah yang mengatakan bahwa orang Badui adalah penemu roti pipih yang paling awal.
Pada Agustus 2019, ilmuwan Israel menemukan ragi berusia 4.500 tahun dalam pecahan tembikar Mesir kuno. Selain digunakan sebagai bahan baku pembuatan anggur, ragi kuno juga dibuat menjadi roti dan roti pipih oleh ahli biologi Amerika dan ahli Mesir Kuno, sehingga berhasil menciptakan kembali rasa roti pita di Mesir kuno.